Rabu, 01 Juni 2011

Renungan Kenyataan Kehidupan di abad ini

Apalah arti hidup bila tak mengenyam kebebasan, tak ada kemerdekaan ..

Mencekam menakutkan, peperangan arus keserakahan, mellukai perasaan… sulit dibayangkan, tak ada kenyamanan, penderitaan mengilhami berkehidupan itu sendiri,…
Perpecahan meraksuki kehidupan nyata. Tentulah suasana tersebut tak bisa kita biarkan, kenyataan menghianati arti kehidupan. Alasan apapun penjajahan tak bisa dibenarkan, kehidupan adalah kebebasan hak hidup setiap orang, hidup adalah kemulyaan, hidup adalah kebebasan, hidup adalah untain jalinan kasih, sama kedududkan dimata tuhan,
tak ada yang lebih dan yang kurang, punya hak yang sama, kemerdekaan tak bisa ditawar tawar lagi, berkehidupan berkebangsaan sungguh suatu anugrah Tuhan.

Nyaman menyenangakan terjadi aisan yang saling menguntungkan, hak dimiliki oleh seluruh umat manusia, dalam tataran berkehidupan, menghirup udara kebebasan, melepas kepenatan berjalan dengan luas pandang, bebas melangkah, kepastian dengan tujuan, karya cipata keagungan tuhan, keadiluhungan rasa yang dimiliki, sebagai bekal sejati mahluk yang namanya Manusia.
Sungguh suatu anugrah manusia dengan cipataanya yang maha sempurna. disanalah kehidupan tercipta keserasian harmonis menyertai kehidupan manusia itu sendiri.

Menghirup udara lepas, kebebasan menentukan arah pandang, bergerak sebebas burung terbang mengepakakan sayap, menjulang di ketinggian, melayang dengan nyanyian, kebebasan memulyakan alunan kehidupan, melangkah dengan kepastian kedamaian jadilah berkehidupan, seiring tarian nyanyian dawai tuhan.
Namaun sayang impian tak seindah dalam bayang di kenyataan, keterpurukan yang membelenggu kehidupan, tak ubahnya burung yang berjuang keluar dari sangkarnya, tak berdaya tak ada tenaga, berjuang melepaskan ikatan ikatan jeruji kenistaan, keterpurukan yang membelenggu umat manusia selama ini.

Perlu di perjuangakan sebagaimana layaknya hak hidup adalah anugrah tuhan, perlu pengorbanan memperjuangkan hak berkehidupan, namun nyata kehidupan tak berpihak pada artian berkehidupan sebagai hak hidup yang harus dijunjung tinggi. kebenaran yang hakiki mewarnai perjalanan panjang memperjuangakan hak berkehidupan,. area mewarnai panorama megahiasi bumi, berjalan teramat panjang, memiliki memahkotai kehidupan yang menyenangkan.

perjuangan tentang kemanusian sudah berabad abad lamanya, tak terbilang masanya tak terbilang waktunya, sungguh suatu teragedi mengenaskan, hingga sekarang kebenaran tentang harkar derajat berkhidupan tetaplah masih seperti itu. Tak memperlihatkan perubahan, Cuma berlaian kemasan, cerita dalam pageularan sungguh itu terjadi semnjak bumi ini berdiri hingga sekarang, keberadaanya masih seperti ini.

Kepemilikian rasa nyaman dalam berkehidupan, tak segampang membalikan tangan, terbalik dengan keagungan rasa dari kehidupan, kemilikan kesenangan dengan merampas hak hidup orang, ini yang jadi tamplan, sungguh kenistaan memasuki hamparan kehidupan di bumi Ibu Pertiwi, sungguh mengerikan, mengenaskan, terjadi melingkupi arti dari kehidupan itu sendiri, sungguh kejadian bercerita memunculkan dunia yang mencekam, ke asal negri ini didirikan, cerai berai kehidupan, peperangan mengejar tahta dan kedudukan, harta jadi pegangan sungguh cerita memunculkan wajah lamanya,. Tak tahulah apa yang terjadi… dengan negri ini..
.
Penindasan pemerkosaan hak hidup dengan cara cara yang berapliasi dengan kebenran kebenaran normatip, bentuk dan kejadian cukup gersang mencekam berbagai teragedi cukup mengenaskan, peperangan laku laku Amoral menghinggapi keadaan, teragedi kemanusian terpapar disetiap hamparan

Berbagai penindasan, pemerasan, terjadi pada lembaga lembaga yang terhormat, sungguh menyedihkan, korupsi mewabah pada berbagai unsur pengayoman, unsur pelayanan, birokrasi ketatanegaraan, unsure unsur pemerintahan, budaya penghianatan tak mengenal area, sungguh tak ada kenyamnan dalam kehidupan, sungguh tak ada sejukan bila kita dengarkan, suram pandang hidup terasa mencekam.

Pemenuhan kebutuhun dengan cara cara penghianatan, akan hakiki kehidupan itu sendiri, sungguh sudah jauh dari tujuan negara diberdirikan, sunguh sudah jauh dari penamaan arti dari kata ketatanegaraan dan pemerintahan,

Wacana di dengungkan, berbagai area dipertunjukkan, berbagai metode dibeberkan tapi nyata kebenaran tak kunjung datang,.

Apakah yang membuat manusia berbuat seperti itu..? orang berkata dikarenakan manusia tak lepas dari nista dan dosa, ada lagi yang berkata manusia tak akan lepas dari hawa dan napsu, yang merasuki ingin memiliki, napsu keluar dari cara yang dibenarkan.

kenapa seperti itu.? Pemenuhan kebutuhan dengan melukai perasaan, pergerakakan dengan menyakiti sesama, tentulah ini melukai kehidupan itu sendiri.

Perubahan pola pandang manusia melupakan tuhan, asal awal keberadaan tentulah kasih sayang, memunculkan kehidupan, kenapa kemunculan tak jadi pegangan terlahir ke bumi alam, bilakah kita lupa asal awal keberadaan, disanalah kebendaan akan jadi pemujaan, keserakahan mewarnai kehidupan.

Alam bergerak pada wujud yang nyata, capital jadi pegangan, tahta jadi agungan, realitas itu yang jadi ciri manusia berada di abad ini, semua serba kemegahan harta jadi incaran tahta jadi agungan, disanalah martabat kehidupan jadi terhinakan, ketetapan pengingkaran akan keberdaan manusia dihancurkan, disanalah hak hidup ditempatkan, kehidupan asumsi kesenagan, capital melingkupi keadaan manusia di abad ini.

Dunia terbalik dengan kenyataan, hak hidup sebagai manusia itu sama, saling puja saling kasih mengasihi sebagai mana dia berasal dan Ia dilahirkan, kenapa sekarang rasa itu hilang di keberadaan, anugrah terjajahakan karunia dihilangkan, dengan glamournya dunia kemegahan dijadikan pemujaan, berkehidupan tak ada ketenangan, suasana kebathinan di cekam ketakutan, arus mencekam di setiap keberadaan, saling terkam sesame mahluk tuhan, sunguh sudah seperti hewan. Disanalah moral bangsa sekarang ditempatkan.

Sungguh tak asing lagi, makna kehidupan tercarut marut dengan noda dan kenistaan, area kekeayaan dengan mengeruk kekayaan dengan sebesar besarnya, disanalah teragedi memilukan menghantui kehidupan, penapsiran yang jauh dari kebenaran.

Sungguh tak ada artinya, ketika kemerdekaan tak mengenyam keberdaaanya, apalah arti kemrdekaan yang sering kita dengungkan dengungkan, bila keberdaanya belum terasa. Perubahan apa yang kita harapakan dari keberdaaan bangsa ini.? kata kemerdekaan, kata dari kebebasan, tujuan kemulyaan, mensejahtrakan kehidupan, apalakah arti dari semua itu.. kata tak ada makna, .. kata tak berarti.. tak berurai di kehdiupan nyata.

Makna hidup di telantarkan, arti hidup tak terurai sungguh suatu kejahatan, bertuan tak ada tuah, kata tak berarti apa apa, tak ada perubahan sama sekali, rakyat terus dicekam ketakutan, kemiskinan merajai kehidupannya, berhaluan berubah pandang, penjajahan berlainan orang, berlainan kemasan, hakekatnya sama penindasan kehidupan, Cuma kepidahan tangan , penjajahan oleh bangsanya sendiri, tentulah sama bila arti tak berubah sama sekali, kesejahteraan sebagaimana di mandatkan, seluruh umat manusia di muka bumi.

Material jadi sumber kemunculan, penghancuran kehidupan terpampang dalam hamparan, berpandang sempit bermahkotakan si raja hutan, tentulah ini jadi problematic kehidupan dari jaman ke jaman, perdaban manusia sampai dengan sekarang, tentulah keserakahan mewarnai kehidupan itu sendiri. Memandang manusia tidaklah utuh sebagaimana keberdaannya, hanya wujud dan bukan perwujudan dari manakah Ia terlhirkan,..? dari kelahiran ia nyatakan, dalam buaian kasih sayang, ia jadi perwujudan, manusia sama terlahir seperti itu, sama terlahir dari aisan kasih saying.

Nilai nilai universal sebagaiman layaknya hak hidup dalam keberdaannya, manusia terlahir kholipah kemuka bumi, punya harkat punya kehormatan, kewibawaan, tentulah itu cita rasa yang agung, ragawi yang utuh, sebagaimana adanya, semua itu tetap sama tak ada yang berbeda.

Kebebasan dengan mengikat hak kehidupan, hidup salah menapsirkan, kebebasan jeratan kemerdekaan denga ikatan, memacu adrenalin keserrakahan serperti inlah kenyataan yang terjhadi tak ubahnya maaa lampau tetap kerangka wujud jadi symbol Tuhan..yang dijadikan masih jadi kejaran, kematian masih jadi dageulan dalam hidup masih kuat teragedi kemanusian tetap dan tak pernah surut dari kehidpan Cuma kemasan yang berlainan Cuma cara dan literature yang berbeda tujuan tetap kebendaan masih jadi tuhan.

Keadan semakin tak karuan jompng dengan keadaan, bumi tak bertuan, terisi dengan manusia manusia kebendaan menghancurkan hak kehdipuan masih terjadi sebagaman masa sebelumnya, sungguh manusia tak punya perasaan tak adakepekaan masa lalu mengilhami di masa yang sekarang.

Itu;ah kilasan bumi denga kenyatan makna kebebasan melulu dengankebendaan sungguh tak ada kenikmatan menatap masa depan bila artain kehidpan masih teragedi yang memilukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar