Jumat, 13 Januari 2012

Alam telanjang berjenjang, mengiringi kepergian bumi itu sendiri

Tak tahu aku berjalan, tak tahu kemana aku pergi, bilakah yang datang tak memberi tahu, tak mengisaratkan pesan masa yang mengundang, berjejjang dengan telanjang kehidupan, dimankah kau sipan pesan, kemanakah pesan yang akan datang, bila yang datang bertelanjang tak mengisahkan tak memberikan harapan, apalah kita yang sekarang, tentulah buram bayang melangkah tidak dengan kepastian, pikiran tak terkendalikan, menerka sulit untuk kita pikirkan, arus panjang masa yang datang ada dalam telanjang kehidupan.

Tentang keberadaan tentang kita yang sekarang, tak tahu apa yang terjadi, dewngan bumi yang tak pasti, saat itu tersnyum saat itu juga menderita. bilakah kita berdiam diri bilakah kita terlena, sungguh pilu dimasa yang lalu, mana harapan akan masa depan yang panjang, membentang tak berujung, dimankah kita letakkan cipta akan keagungan, Tuhan dalam belain bumi yang tak berkesudahan. pasti itu dinyatakan pasti di buktikan sekenario berjlkan dipenghujung nanti itu dikumandangkan.

Dengan suara terbata bata dengan suar nyaring memilukan, tetap alam sulit mengantarkan akan keberadaannya, kenyataan yang di hari ini, sungguh pilu kurasakan sungguh hina pesan yang mendatang, yang ku janjikan terhalang oleh awan, oleh bayang bumi itu senmdiri, yang sekarang mendung menghiasi ketinggian.

sulit dibayangkan sekarang hilang dipermukaan, Permata keagungan, permata ksahduan kini tak memunculkan harapan, hilang ditelan gelombang keputusasaan.
kemanlah kita berjalan, kemankan kita melepaskan, beban beban penderitaan, beban beban kesengsaraan menghujam dengan tak karu karuan. alam melenyapkan harapan, alam melepaskan kemungkaran, sekian alam memimpikan bahtra suci didapatkan, melepaskan kepenatan murka alam menyelimuti kehidupan bumi.

sungguhkah murka membayangi mahkota bumi lenyap entah kemana, sekarang orang bilang bumi tak bertuan, lepas kendali lepas harapan, kini bumi goncang bagai kehidlangan sang pujangga agung, pergi dengan tak meninggalkan pesan pesan keibuna.

Pergi tak memberitahukan, dengan tiba tiba mengisaratkan, alam membuka lebar cakrawala terang membungbung alam. mewnghujam bumi membuka cakrawala baru duia tatapan sejuta keagungan, menatap kedepan kini akan dibukakan masa masa alam keadiluhungan, sungguh alam melamp[aui kehidupan bumi itu sendfiri, cobalah kita untuk mengerti untuk kita cari ada apa dengan bumi itu sendiri. bilakah kita mengerti keberdaan yang berjejang, bedrkelanjutan mengiringi kepergian bumi itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar